Banner 468 x 60px

 

Filsafat Ilmu

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling terkait, baik secara substansial maupun histori karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat, sebaliknya perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat. Filsafat telah berhasil mengubah pola pemikiran bangsa yunani dan umat manusia dari pandangan mitosentris menjadi logosentris.
Perubahan dari pola pikir metosentris ke logosentris membawa implikasi yang tidak kecil. Alam dengan segala gejalanya, yang selama ini ditakuti kemudian didekati dan bahkan di eksploitasi. Perubahan yang mendasar adalah ditemukannya hukum-hukum alam dan teori-teori ilmiah yang menjelaskan perubahan yang terjadi, baik di alam jagat raya maupun di alam manusia.
Pada perkembangan selanjutnya, ilmu terbagi dalam beberapa disiplin, yang membutuhkan pendekatan, sifat, objek, tujuan dan ukuran yang berbeda antara disiplin ilmu yang satu dengan yang lainnya.

B. Rumusan masalah
1.    Bagaimana pendekatan dan cara kerja filsafat ilmu?
2.    Apa yang dimaksud dengan hakikat filsafat ilmu?
3.    Bagaimana karakteristik dan objek dari filsafat ilmu?
4.    Apa kegunaan filsafat ilmu?

C. Tujuan makalah
1.    Agar dapat mengetahui bagaimana pendekatan dan cara kerja filsafat ilmu
2.    Agar dapat memahami apa yang dimaksud dengan filsafat ilmu
3.    Agar dapat memahami apa saja karakteristik dan objek dari filsafat ilmu
4.    Memaparkan kegunaan filsafat ilmu


                                                                       
BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pendekatan Dan Cara Kerja Filsafat Ilmu
1.   Pendekatan Filsafat
Pendekatan deduktif yang menghasilkan metode-metode penyelidikan atau penelitian berbasis penalaran deduktif, seperti yang dilakukan dalam penelitian kuantitatif. Deduktif atau deduksi berasal dari bahasa Inggris deduction yang berarti penarikan kesimpulan-kesimpulan dari keadaan-keadaan umum atau menemukan yang khusus dari yang umum. Penarikan kesimpulan dalam pendekatan deduktif bisanya menggunakan pola piki silogisme yang secara sederhana digambarkan dalam penyusunan dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan.
Pendekatan induktif dan metode penelitian yang berbasis penalaran induktif, seperti yang dilakukan dalam pendekatan kualitatif. Pendekatan induktif merupakan pendekatan yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke hal umum. Metode berpikir induktif merupakan cara berpikir yang dilakukan dengan cara menarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual. Oleh karena itu, penalaran induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernytaan yang mempunyai ruang khusus dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum[1].

B.  Hakikat Filsafat Ilmu
a.    Pengertian filsafat ilmu
Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling terkait, baik secara substansial maupun historis karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat, sebaliknya perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat. Filsafat berasal dari bahasa yunani, yaitu : philosophia, yang terdiri dari dua kata: philos (cinta) dan shopos (kebijaksanaan, pengetahuan). Jadi filsafat  secara etimologi, filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau kebenaran[2].
Ilmu berasal dari bahasa arab: ‘alima, ya’lamu, ‘ilman yang artinya mengerti dan memahami secara bersungguh-sungguh. Jadi pengertian ilmu menurut kamus bahasa indonesia adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disususn secara bersistem menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu[3].
Jadi, filsafat ilmu merupakan kajian secara mendalam tentang dasar-dasar ilmu, sehingga filsafat ilmu perlu menjawab beberapa persoalan berikut:
1)   pertanyaan landasan ontologis
2)   pertanyaan landasan epistemologis
3)   pertanyaan landasan aksiologis[4]
b.   Karakteristik filsafat ilmu
·      filsafat ilmu merupakan cabang dari filsafat dan ilmu
·      filsafat ilmu berusaha menelaah ilmu secara filosofis dari sudut pandang ontolois, epistemologis dan aksiologis
·      filsafat ilmu mempunyai metode dan sitem
·      filsafat ilmu memberikan penjelasan tentang kenyataan seluruhnya timbul dari hasrat manusia (objektifitas), akan pengetahuan yang lebih mendasar[5].

c.    Objek nilai filsafat ilmu
Pada dasarnya, setiap ilmu itu memiliki dua macam objek yaitu objek formal dan material. Objek material adalah sesuatau yang dijadikan sasaran penyelidikan, seperti tubuh manusia adalah objek material ilmu kedokteran dan objek formalnya adalah metide-metode yang digunakan untuk memahami objek material tadi. Tidak terkecuali filsafat, filsafat sebagai proses berfikir yang sistematis dan radikal juga  juga memiliki dua macam objek tersebut yaitu objek material dan objek formal. Objek material filsafat adalah segala yang ada, baik itu ada yang tampak seperti dunia empiris, maupun ada yang tidak tampaik seperti alam metafisika[6]. Dan pokok bahasan objek material filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan itu sendiri, yaitu pengetahuan yang telah disusun secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu, sehingga dapat di pertanggung jawabkan kebenarannya secara umum. Disini sangat terlihat jelas perbedaan antara pengetahuan dengan ilmu pengetahuan. Pengetahuan lebih bersifat umum dan didasari oleh pengalaman sehari-hari, sedangkan ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang bersifat khusus dengan ciri-ciri: sistematis, menggunakan metode ilmiah tertentu, serta dapat di uji kebenarannya[7] . Cakupan objek filsafat lebih luas dibandingkan dengan ilmu karna ilmu hanya terbatas pada persoalan yang empiris saja, sedangkan filsafat mencakup yang empiris dan yang non empiris. Ilmu terkait dengan filsafat pada objek empiris karena secara historisnya ilmu itu berasal dari kajian filsafat karena pada awalnya filsafatlah yang melakukan pembahasan tentang segala yang ada ini secara sistematis, rasional, dan logis, termasuk hal yang empiris. Setelah berjalan beberapa lama kajian yang terkait dengan hal yang empiris semakin bercabang dan beerkembang, sehingga menimbulkan spesialisasi dan menampakkan kegunaan yang praktis. Inilah proses terbentuknya ilmu secara berkesinambungan. Objek material filsafat ilmu ialah segala sesuatu yang menjadi masalah, segala sesuatu yang dimasalahkan oleh filsafat. Objek material filsafat ialah sarwa yang ada, yang pada garis besarnya dapat kita bagi atas tiga persoalan pokok : Hakikat Tuhan, Hakikat Alam, Hakikat Manusia. Objek formal filsafat ialah usaha untuk mencari keterangan secara radikal (sedalam-dalamnya, sampai ke akarnya) tentang objek material filsafat[8]. Objek formal filsafat tidak lain ialah mencari keterangan yang sedalam-dalamnya tentang objek material filsafat (segala sesuatu ang ada). Misalnya, ilmu alam objek formanya perubahan dan bangun benda. Ilmu kimia objek formanya susunan benda. Ilmu gaya objek formanya kekuatan dan gerak benda. Sehingga ketiga ilmu tersebut di atas mempunyai objek forma yang berbeda, akan tetapi ketiga ilmu tersebut mempunyai objek materi yang sama yaitu benda.
Sejauh manusia hidup di muka bumi ini maka sejauh itu pula manusia terlibat dengan pengetahuan secara normal dengan perangkat-perangkat indrawi yang dimiliki manusia ini, namun tidak semua manusia dapat terlibat dalam aktivitas ilmiah, karena ada prasyarat tertendu yang harus di miliki terlebih dahulu.
Prasyarat-prasyarat tersebut seperti diantaranya adalah: 
·      Prosedur ilmiah yang harus dipenuhi agar hasil kerja ilmiah itu diakui
·      Metode ilmiah yang dipergunakan, sehingga kesimpulan atau hasil dari temuan tersebut dapat diterima
·      Diakui secara akademis karena gelar atau pendidikan formal yang ditempuh
·      Harus memiliki kejujuran ilmiah sehingga tidak mengklaim hasil temuan orang lain sebagai miliknya.
·      Harus memiliki rasa ingin tahu (curiosily) yaang besar, sehingga senantiasa tertarik pada perkembangan ilmu yang terbaru.

d.   Kegunaan filsafat ilmu
·      Mendalami unsur-unsur pokok ilmu, sehingga secara menyeluruh kita dapat memahami sumber, hakikat dan tujuan ilmu
·      Memahami sejarah pertum,buhan, perkembangan, dan kemajuan ilmu di berbagai bidang, sehingga kita mendapat gambaran tentang proses ilmu kontemporer secara historis.
·      Menjadi pedoman bagi para dosen dan mahasiswa dalam mendalami studi di perguruan tinggi, terutama untuk membedakan persoalan yang ilmiah dan non ilmiah
·      Mendorong pada calon ilmuan dan iluman untuk konsisten dalam mendalami ilmu dan mengembangkannya
·      Mempertegas bahwa dalam persoalan sumber dan tujuan antara ilmu dan agama tidak ada pertentangan[9].

C.  Landasan Filosofis
Landasan filsafat ilmu berasal dari pandangan dan teori-teori yang dikemukakan oleh para filosofi-filosofi dunia. Diantaranya aliran realisme, idealisme, pragmatisme, materialisme.

1.   Realisme
Dalam aliran realisme ini filsafat ilmu itu membahas tentang apa yang ada di dalam alam nyata (dari fakta atau hakikat)[10]. Di mana dalam hakikat tersebut mencakup:
a.    Hakikat realitas : pikiran, jiwa, ruh, dan spirit
b.    Hakikat manusia : bagian dari alam
c.    Hakikat pengetahuan : ide-ide, pengalaman dan berfikir untuk mencari objek dan menemukan sebuah kebenaran
d.   Hakikat nilai : suatu pemberian dari masyarakat kepada individu, dan baik buruknya dalam bersikap.
e.    Tujuan pendidikan : mengembangkan potensi para peserta didik, dapat bertahan hidup dalam era globalisasi dan memperoleh keamanan serta memiliki skil yang baik.

2.   Idealisme
Idealisme menurut kamus bahasa indonesia memiliki arti :
1)   Suatu aliran di ilmu filsafat yang menganggap pikiran atau cita-cita sebagai satu-satunya hal yang benar, yang dapat dirasakan dan dipahami.
2)   Hidup atau berusaha menurut cita-cita (yaitu menurut suatu patokan atau pedoman yang dianggap sempurna).
Segala peristiwa di dunia ini hanya dapat dimengerti jika suatu syarat dipenuhi, yaitu jika peristiwa-peristiwa itu sudah secara otomatis mengandung penjelasan-penjelasannya[11].

3.   Pragmatisme
Pragmatisme berasal dari kata pragma yang artinya guna. Pragma berasal dari kata yunani. Maka pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar adalah apa saja yang membuktikan dirinya sebagai yang benar dengan akibat-akibat yang bermanfaat secara praktis. Misalnya, berbagai pengalaman pribadi tentang keberanan mistik, asalkan dapat membawa kepraktisan dan manfaat. Artinyaa, segala sesuatu dapat diterima asalkan bermanfaat bagikehidupan.

4.   Materialisme
Materialisme adalah paham dalam filsafat yang menyatakan bahwa hal yang dapat dikatakan benar-benar ada adalah materi. Seorang tokoh materialisme alam (Ludwig Feeurback pada tahun 1804-1872 sebagai pengikut hegel, mengemukakan pendapat, bahwa baik pengetahuan maupun tindakan berlaku adagium, artinya terimalah dunia yang ada, bila menolak/metafisika. Satu-satunya asas kesusilaan adalah keinginan untuk mendapatkan kebahagiaan.  Dan untuk mencari kebahagian manusia harus ingat akan sesamanya.





BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Filsafat ilmu merupakan kajian secara mendalam tentang dasar-dasar ilmu, sehingga filsafat ilmu perlu menjawab beberapa persoalan berikut : pertanyaan landasan ontologis, pertanyaan landasan epistemologis dan pertanyaan landasan aksiologis.
Ada beberapa karakteristik filsafat ilmu, diantaranya : filsafat ilmu merupakan cabang dari filsafat dan ilmu dan filsafat ilmu berusaha menelaah ilmu secara filosofis dari sudut pandang ontolois, epistemologis dan aksiologis.
Ada dua objek dalam filsafat ilmu, yaitu objek material (sesuatau yang dijadikan sasaran penyelidikan, seperti tubuh manusia adalah objek material ilmu kedokteran dan objek formalnya adalah metide-metode yang digunakan untuk memahami objek material tadi), dan objek formal (usaha untuk mencari keterangan secara radikal (sedalam-dalamnya, sampai ke akarnya) tentang objek material filsafat).

B. Saran
Kami berharap dengan disusunnya makalah ini bisa memberikan pengetahuan mengenai “filsafat ilmu” bagi para pembaca. Sangat mungkin dalam penyusunan makalah ini ditemukan banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun dari para pembaca akan sangat berguna untuk menjadikan penyusunan makalah ini lebih baik lagi dikemudian hari. Dan kepada pembaca agar dapat memanfaatkan makalah ini untuk memahami informasi yang terkait dengan tofik atau permasalahn untuk melanjutkan pembuatan makalah yang sempurna kedepannya.Semoga Allah menjadikan makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.


DAFTAR PUSTAKA
Aceng Rachmat. 2011. Filsafat Ilmu Lanjutan. Jakarta: kencana.
Ali maksum. 2011. Pengantar Filsafat.  Jogjakarta:  Ar-ruzz Media.
Amsal Bakhtiar. 2007.  Filsafat Ilmu., Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Asmoro Achmadi. 2014. Filsafat Umum. Jakarta: Rajawali Pers.
Rizal Muntasyir, Misnal Munir.2007. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.




[1] Aceng Rachmat, filsafat ilmu lanjutan. (Jakarta : kencana, 2011), hlm. 103
[2] Amsal Bakhtiar,  filsafat Ilmu, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), hlm. 4.
[3]  Ibid , hlm. 12.
[4] Ibid, hlm. 17-18.
[5] Ibid, hlm. 18.
[6] Amsal Bakhtiar, filsafat Ilmu, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), hlm. 1.
[7] Rizal Mustansyir, Misnal Munir, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hlm. 44.
[8] Ali maksum, Pengantar Filsafat, (Jogjakarta, Ar-ruzz Media, 2011), hlm. 24.
[9]  Amsal Bakhtiar, filsafat Ilmu, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), hlm. 20.
[10] Ibid, hlm. 94.
[11] Asmoro Achmadi, Filsafat Umum, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hlm. 120.

0 komentar:

Posting Komentar