BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perilaku dapat dibedakan menjadi nyata dan tersembunyi. Perilaku nyata
pada dasarnya merupakan jelmaan dari perilaku tersembunyi. Karena konselor yang
mengambil tingkah laku behaviora membantu klien untuk belajar cara bertindak
yang baru dan pantas, atau membantu mereka untuk memodifikasai atau
mengeliminasi tingkah laku yang berlebihan.
Pendrkatan behavioral merupakan pilihan untuk membantu klien yang
mempunyai masalah spesifik seperti gangguan makan, peyalahgunaan zat dan
disfungsi seksual. Disini kami akan membahas tentang behavioral.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah behavioral
?
2. Apa-apa saja teknik-teknik
behavioral ?
3. Bagaiamna tujuan konseling?
C. Tujuan Makalah
1. Untuk dapata mengetahui
sejarah behavioral
2. Untuk dapat menyebutkan
teknik-teknik behavioral
3. Untuk memeahami tujuan
konseling
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah Konseling
Behavioral
Konseling
Behavioral pada mulanya disebut dengan Terapi Perilaku yang berasal dari dua
arah konsep yakni Pavlovian dari Ivan Pavlov dan Skinnerian dari B.F.Skinner. Mula-mula terapi ini
dikembangkan oleh Wolpe (1958) untuk menanggulangi (treatment) neurosis. Tujuan
terapi adalah untuk memodifikasi koneksi-koneksi dan metode-metode
Stimulus-Respon (S-R) sedapat mungkin.
Dalam
hal ini Skinner walaupun dipengaruhi teori S-R, tetapi dia punya pandangan
tersendiri mengenai perilaku, yaitu :
1.
Respon tidak perlu selalu
ditimbulkan oleh stimulus, akan tetapi lebih kuat oleh pengaruh reinforcement
(penguatan).
2.
Lebih menekankan pada studi
subjek individual ketimbang generalisasi kencenderungan kelompok.
3.
Menekankan pada penciptaan
situasi tertentu terhadap terbentuknya perilaku ketimbang motivasi di dalam
diri[1].
Perkembangan pendekatan
behavioral diawali pada tahun 1950-an dan awal 1960-an sebagai awal radikal
menentang perspektif psikoanalisis yang dominan. Pendekatan ini dihasilkan
berdasarkan hasil eksperimen tokoh behavioral yang memberikan sumbangan pada
prinsip-prinsip belajar dalam tingkah laku manusia. Secara garis besar sejarah
perkembangan pendekatan behavioral terdiri dari sebagai berikut :
1.
Classical Conditioning
Ivan
Pavlov adalah seorang psikolog dari Rusia lahir di Rjsan 14 September 1849 dan
meninggal di Leningrad 27 Februari 1936. Hasil penelitiannya bersama Watson
yang terkenal adalah classical conditioning. Penelitiannya yang paling terkenal
adalah menggunakan anjing yang dalam keadaan lapar ditempatkan diruang kedap
suara. Dalam penelitiannya tersebut, Pavlov menyimpulkan bahwa Respon
(tindakan) dapat
terjadi apabila ada Stimulus (rangsangan).
2.
Operant Conditioning
Tokoh
yang mengembangkan operant conditioning adalah BF.Skinner Pengkondisian operan,
salah satu aliran utama lainnya dari pendekatan terapi yang berlandaskan teori
belajar, melibatkan pemberian ganjaran kepada individu atas pemunculan tingkah
lakunya (yang diharapkan) pada saat tingkah laku itu muncul.
Pengkondisian
operan ini dikenal dengan istilah pengkondisian instrumental (instrumental
conditioning) karena memperlihatkan bahwa tingkah laku instrumental bisa
dimunculkan oleh organisme yang aktif sebelum penguatan diberikan untuk tingkah
laku tersebut.
Skinner,
yang dianggap sebagai pencetus gagasan pengkondisian operan, telah
mengembangkan prinsip-prinsip penguatan yang digunakan pada upaya memperoleh
pola-pola tingkah laku tertentu yang dipelajari. Dalam pengkondisian operan,
pemberian penguatan positif bisa memperkuat tingkah laku, sedangkan pemberian
penguatan negatif bisa memperlemah tingkah laku. Tingkah laku berkondisi muncul
di lingkungan dan instrumental bagi perolehan ganjar.
Sering
kali orang mengalami kesulitan karena tingkah lakunya berlebihan atau kekurangan
tingkah laku yang pantas. Konselor yang mengambil pendekatan behavioral
membantu konseli untuk belajar cara bertindak yang baru dan pantas, atau
membantu mereka untuk memodifikasi atau mengeliminasi tingkah laku yang
berlebihan. Dengan kata lain, membantu konseli agar tingkah lakunya menjadi
lebih adaptif dan menghilangkan yang maladaptive.
Dalam
perkembangan psikologi, behaviorisme termasuk kedalam gerakan/aliran psikolgi
yang kuat dan lebih berpengaruh. Tokoh pendirinya adalah John B.Watson. Dia
seorang yang agresif dan menyataan bahwa psikologi yang dipelajari orang selama
ini baik oleh kaum strukturalisme maupun fungsionalisme, termasuk metode yang
salah.
Menurut
Watson, mempelajari gejala/pengalaman kesadaran dengan teknik observasi
intropeksi meskipun dengan cara eksperimental sekalipun adalah kurang tepat,
karena dengan introspeksi yang subjek itu, tidak mungkin dapat menjamin hasil
yang objektif. Tidak mungkin 2 orang observer intropeksionis yang terlatih
sekalipun dapat menghasilkan observasi yang sama, meskipun objeknya sama. Oleh
karena itu, Watson menghimbau agar psikologi tidak lagi memusatkan perhatiannya
untuk mempelajai gejala-gejala kesadaran atau bawah sadar, tetapi sesuai tugasnya
psikologi harus berupaya untuk meramalkan apa sebenarnya yang menjadi
sasaran/tujuan tingkah laku dan berusaha bagaimana agar orang dapat
mengendalikan tingkah laku tersebut. Atas dasar pendapat itulah maka Watson mengusulkan
agar psikologi itu didefinisikan sebagai “The science of behavior”.
Pendapat
dan pandangan behaviorisme ini banyak mempengaruhi pemikiran psikologi modern.
Salah satu tokohnya selain Watson, Pavlov, ER, Guthrie, C.hull dan sebagainya
yang banyak pengaruhnya adalah B.F. Skinner; menurut pendapatnya yang terkenal
itu menyatakan: “lingkungan
merupakan kunci penyebab terjadinya tingkah laku”. Untuk memahami tingkah laku
manusia terhadap individu sebelum dan sesudah ia memberikan respon ingkah laku biasanya
terjadi/ timbul dan dikendalikan oleh sebab dan akibat dari lingkungan[2].
Meskipun
demikian, psikologi behavioristik menerima pandangan dari tradisi
sensasionalistik Prancis dan Empirik Inggris. Pendahulu langsung behaviorisme
adalah refleksologi fisiologi Rusia dan Asosiasi Thorndike. Refleksologi
fisiologis memperoleh fondasi utama penelitian-penelitian Sechenov dan Bekhtere, tetapi pavlov lah yang menyempurnakan
reduksi peristiwa-peristiwa psikologi menjadi proses-proses behavioral dan
fisiologi dalam teor pengondisian yang komperehensif. Formulasi dari Watson
pada intinya diartikan sebagai eemen-elemen stimulus
dan respons. Namun, dalam upaya membebaskan psikologi dari sisa-sisa konstruk
mentalistik, definisi Watson tentang
psikologi sebagai semata-mata peristiwa-peristiwa
peripheral merupakan definisi yang terlalu terbatas, dan para sejawat Watson
melalui proses mengembangkan Behaviorisme menjadi system yang lebih lengkap.
Para peneliti seperti Holt, Weiss, Hunter, dan Lashley memasukkan kembali
berbagai aktivitas psikologis penting dalam behavioisme.
Psikologi
beavioristik meluas hingga melampai formulasi original Pavlov dan Watson.
Refleksiologi Rusia berlanjut dala tradisi Pavlov, dan salah satu perkembangan
yang ebih signifikan dihasilakan dalam penelitan ilmuan Jerzy konorski, yang memiliki tujuan untuk
mengintegrasikan fisiologi pengkondisian
Pavlov dengan neurofisiologi Sherington. Penelitian
awal Konorski pertama-tama menetapkan
perbedaan tegas antara dua paradigm pegondisian, dan kaariernya mencapai
puncaknya dengan penelitian cerdas tentang fisiologi otak yang mendukung system
sibernetik perilaku. Refleksologi kontemporer di Rusia dan di Negara-negara
tetangganya telah sangat meluas hingga
mencakup bebagai maslah psikologi dan fisiologi, dibawah kepeloporan para
ilmuwan terkemuka seperti Vygotsky, Luria, Asratyan, dan Beritashvili.
Di
Amerika Serikat behaviorisme berkembang melalui beberapa tahap intelektual.
Dalam fase pengembangan teori pada tahun 1930-an dan 1940-an, para pskolog seperti
Guthrie, Tolman, dan Hull mengupayakan erbagai teori Komperehensif tentang
pembelajaran. Meskipun pengembangan teori tersebut hamper mencapai bentuk lengkapnya melalui Hull,
teori yang konperehensif tidak memadai, memicu lahirnya positivism radikal
Skinner. Diikuti dengan kembali pengumpulan data, yang dirincikan oleh
pengembangan model-model atau teori mini bernuansa terapan. Model pembelajaran
pemprosesan informasi dan matematis, model penelitian neo Hullian, model
Kognitif, dan pendekatan operant merupakan contoh-contoh pengelompokan
behavioris belum lama berselang. Penggunaaan utama behaviorisme adalah
modifikasi perilaku dalam penerapan klinis. Behaviorisme kontemporer merupakan
kekuatan dominan dalam psikologi, tetapi behaviorisme yang telah berkembang
memiliki basis luas, dengan asumsi metodologi, dan penerapan yang sangat
beragam[3].
B.
Tujuan, Sasaran, dan Kegunaan Terapi Tingkah laku
Terapi tingkah laku
merupakan usaha untuk memanfaatkan secara sistematis pengetahuan teoritis atau
pun empiris yang dihasilkan dari penggunaan metode eksperimen dalam psikologi,
untuk memahami dan menyembuhkan pola tingkah laku abnormal. Untuk pencegahan
dan penyembuhan abnormalitas itu dimanfaatkan hasil studi eksperimental, baik
deskriptif ataupun remedial[4].
Terapi tingkahlaku dapat digunakan dalam menyembuhkan berbagai
gangguan tingkahlaku, dari yang sederhana hingga yang komplex, baik individual
ataupun kelompok. Terapi tingkahlaku dapat dilaksanakan oleh orang tua, guru
dan paisen itu sendiri.
Menurut skinner, perilaku itu merupakan rangkaian perilaku yang
lebih kecil atau lebih sederhana. Misalnya untuk datang kesekolah tidak
terlambat, maka ini merupakan rangkaian perilaku bangun lebih pagi, mandi lebih
pagi, dan seterusnya. Karena untuk membentuk perilaku baru, perlu perilaku
tersebut di analisis menjadi perilaku-perilaku yang lebih kecildan juga di
analisis mengenai reward yang akan digunakannya, yang pada akhirnya reward
hanya akan diberikan pada perilaku yang ingin di bentuk[5].
C.
Tujuan Konseling dan Hubungan
klien dan konselor
a)
Tujuan Konseling
Tujuan
konseling behavioral adalah untuk membantu klien membuang respon-respon yang
lama yang merusak diri, dan mempelajari respon-respon yang baru yang lebih
sehat. Terapi ini berbeda dengan terapi lain, dan pendekatan ini ditandai oleh :
a.
Fokusnya
pada perilaku yang tampak dan spesifik
b.
Kecermatan
dan penguraian tujuan-tujuan treatment
c.
Formulasi
prosedur treatment khusus sesuai dengan masalah khusus
d.
Penilaian
objektif mengenai hasil konseling.
Jadi, tujuan terapi behavioral adalah untuk memperoleh perilaku
baru, mengeleminasi perilaku yang maladaptif dan memperkuat serta
mempertahankan perilaku yang diinginkan.
b. Hubungan
klien dan konselor
Dalam kegiatan konseling, konselor memegang peranan aktif dan
langsung. Hal ini bertujuan agar konselor dapat menggunakan pengetahuan ilmiah
untuk menemukan masalah-masalah klien sehingga diharapkan kepada perubahan
perilaku yang baru. Sistem dan prosedure konseling behavioral amat
terdefinisikan, demikian pula peranan yang jelas dari konselor. Klien harus
mampu berpartisipasi dalam kegiatan konseling, ia harus memiliki motivasi untuk
berubah, harus bersedia bekerja sama dalam melakukan aktifitas konseling, baik
ketika berlangsung konseling maupun di luar konseling.
Dalam hubungan konselor dengan klien harus di lakukan beberapa hal,
yaitu:
a.
Konselor
memahami dan menerima klien
b.
Keduanya
bekerja sama
D. Proses
Terapeutik
Ada beberapa
kesalahpahaman yang menyangkut masalah tentang tujuan-tujuan dalam terapi
tingkah laku. Salah satunya
adalah bahwa tujuan terapi semata-mata menghilangkan gejala-gejala suatu
gangguan tingkah laku dan bahwa setelah gejala-gejala itu terhapus
gejala-gejala baru akan muncul karena penyebab-penyebab yang mendasari tidak
ditangani[7].
Terapis behaviorisme secara khas berfungsi sebagai guru, pengarah,
dan ahli dalam mendiagnosis tingkah laku yang maladaptif dan dalam menentukan
prosedur-prosedur penyembuhan yang diharapkan, mengarah pada tingkah laku yang
baru dan adjustive.
Menurut Goodstein, peran konselor adalah menunjang perkembangan
tingkah laku yang secara sosial layak dengan secara sistematis memperkuat jenis
tingkah laku klien semacam itu.
Teknik-teknik behaviorisme harus menunjukkan keefektifannya melalui
alat-alat yang objektif dan ada usaha yang konstan untuk memperbaikinya.
1. Teknik-teknik tingkah
laku umum
1) Skedul
penguatan
Dimana apabila suatu perilaku itu baru
saja dipelajari, maka perilaku itu harus diperkuat setiap kali muncul dengan
perkataan lain penguatan yang berlangsung terus. Setelah terbentuk, maka
perkataan penguatan diganti dengan penguat intermiten, suapaya tingkah laku
tetap bertahan.
2) Shaping
Dimana tingkah laku yang dipelajari
secara bertahap dengan pendekatan suksesif, deisebut sebagai shaping. Untuk mempelajari keterampilan
baru, konselor dapat memecah-mecah tingkah laku kedalam unit-unit, dan
mempelajarinya dalam unit-unit kecil.
3) Ekstingsi
Eliminasi dari tingkah laku karena
penguat tidak diberikan lagi. Hanya sedikit individu yang mau melakukan sesuat
yang tidak memberi keuntungan[8].
2. Teknik-teknik
Spesifik
1) Desensitasi sistematik
Desensitisasi
sistematik adalah salah satu teknik yang paling luas digunakan dalam terapi
tingkah laku. Desensitisasi sistematik digunakan untuk menghapus tingkah laku
yang diperkuat secara negatif, dan ia menyertaka pemunculan tingkah laku atau
respons yang berlawanan dengan tingkah laku yang hendak dihapukan itu[9]. Teknik
desentisasi sistematik bermaksud mengajar klien untuk memberikan respon yang
tidak konsisten dengan kecemasan yang dialami klien. Teknik ini tak dapat
dijalankan tanpa teknik relaksasi. Adapun prosedur pelaksanaan teknik ini
adalah:
a.
Analisis
perilaku yang menimbulkan kecemasan.
b.
Menyusun
hierkhi atau jenjang-jenjang situasi yang menimbulkan kecemasan dari yang
kurang hingga yang paling mencemaskan klien.
c.
Memberi
latihan relaksasi otot-otot yang dimulai dari lengan hingga otot kaki.
d.
Klien
diminta membayangkan situasi yang menyenangkan.
e.
Klien
disuruh memejamkan mata, kemudian disuruh membayangkan situasi yang kurang
mencemaskan, bila klien sanggup tanpa cemas , berarti situasi tersebut dapat
diatasi klien. Demikian seterusnya hingga situasu yang paling mencemaskan.
f.
Bila
pada suatu situasi klien cemas dan gelisah, maka konselor memerintahkan klien
agar membanyangkan situasi yang menyenangkan tadi untuk menghilangkan kecemasan
yang baru terjadi.
g.
Menyusun
hierarkhi atau jenjang kecemasan harus bersama klien dan konselor menuliskannya
dikertas.
2) Assertive training
Teknik konseling
behavioral yang menitikberatkan pada kasus yang mengalami kesulitan dalam
perasaan yang sesuai dalam menyatakannya. Teknik ini merupakan suatu teknik
untuk membantu klien dalam hal-hal :
a.
Tidak
dapat menyatakan kemarahannya atau kejengkelannya.
b.
Mereka
sopan berlebihan dan membiarkan orang lain mengambil keuntungan dari padanya.
c.
Mereka
mengalami kesulitan dalam berkata “tidak”, dan sebagainya.
Di
dalam teknik ini konselor berusaha memberikan keberanian kepada klien dalam
mengatsi kesulitan terhadap orang lain. Pelaksanaan teknik ini dengan role
playing. Konselor misalnya berperan sebagai atasan yang galak, dan klien
sebagai bawahannya. Kemudian dibalik, klien menjadi atasan yang galak dan
konselor menjadi bawahan yang mampu dan berani mengatakan sesuatu kebenaran.
3) Aversion therapy
Teknik ini
bertujuan untuk menghukum perilaku yang negatif dan memperkuat perilaku
positif. Hukuman bisa dengan kejutan listrik, atau memberi ramuan yang membuat
orang muntah. Secara sederhana anak yang suka
marah dihukum dengan membiarkannya. Perilaku maladjustive misalnya anak yang
suka berkata bohong, perilaku homoseksual dengan memberi pertunjukan film yang
disenanginya lalu dilistrik tangannya dan film mati.
4) Home-work
Suatu latihan
rumah bagi klien yang kurang mampu menyesuaikan diri terhadap situasi tertentu.
Caranya adalah dengan memberikan tugas rumah terhadap situasi tertentu[10].
5) Perkuatan positif
Penerapan
pemberian perkuatan positif membutuhkan spesifikasi tingkah laku yang
diharapkan, penemuan tentang apa agen yang memperkuat bagi individu, dan
penggunaan perkuatan positif secara sistematis guna memunculkan tingkah laku
yang diinginkan.
6) Pembentukan respons
Pembentukan
respons berwujud pengembangan suatu respons yang pada mulanya tidak terdapat
dalam perbendaharaan tingkah laku individu.
7) Perkuatan intermiten
Dalam
menerapkan pemberian perkuatan pada pengubahan tingkah laku, pada tahap-tahap
permulaan terapis harus mengganjar setiap terjadi munculnya tingkah laku yang
diinginkan. Jika mungkin, perkuatan-perkuatan diberikan segera setelah tingkah
laku yang diinginkan muncul.
8) Penghapusan
Penghapusan
dalam kasus semacam ini boleh jadi berlangsung lambat karena tingkah laku yang
dihapuskan telah dipelihara oleh perkuatan intermiten dalam jangka waktu lama.
9) Pencontohan
Dalam
pencontohan individu mengamati seorang model dan kemudian diperkuat untuk
mencontoh tingkah laku sang model. Bandura menyatakan bahwa belajar yang bisa
diperoleh melalui pengalaman langsung bisa pula diperoleh secara tidak langsung
dengan mengamati tingkah laku orang lain.
10) Token economy
Metode ini
dapat digunakan untuk membentuk tingkah laku apabila persetujuari dan
pemerkuat-pemerkuat yang tidak bisa idraba lainnya tidak memberikan pengaruh[11].
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konseling Behavioral pada mulanya disebut
dengan Terapi Perilaku yang berasal dari dua arah konsep yakni Pavlovian dari
Ivan Pavlov dan Skinnerian dari B.F.Skinner. Secara garis besar sejarah
perkembangan pendekatan behavioral terdiri dari Classical Conditioning dan Operant Conditioning.
Terapi tingkah laku
merupakan usaha untuk memanfaatkan secara sistematis pengetahuan teoritis atau
pun empiris. Terapi tingkahlaku dapat digunakan dalam menyembuhkan berbagai
gangguan tingkahlaku.
Tujuan konseling behavioral adalah untuk membantu klien membuang
respon-respon yang lama yang merusak diri, dan mempelajari respon-respon yang
baru yang lebih sehat.
Teknik-teknik tingkah
laku dan 2 yaitu : umum (Skedul penguatan, Shaping, dan Ekstingsi) dan
spesifik (desensitasi sistematik, Assertive
training, Aversion
therapy, Home-work, Perkuatan positif, Pembentukan
respons, Perkuatan
intermiten, Penghapusan, Pencontohan, dan Token economy).
B. Saran
Makalah pendekatan behaviorisme
ini bisa bermanfat bagi pembaca dan penulis, serta mempraktekkan dalam
kehidupannya. Kami berharap pembaca bisa melanjutkan makalah ini dan
memperbaiki kekurangan yang ada dalam makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan perkembangan.
Jakarta : Pedoman Ilmu
Jaya, 1993
Bimo
Walgito, Pengantar Psikologi Umum.
Yogyakarta : Andi, 1981
Gerald
Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung : PT. Refika
Aditama, 2005
James
F. Brennan, Sejarah dan Sistm Psikologi.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003
Lesman,
Dasar-dasar Konseling. Jakarta :
Universitas Indonesia (UI-Press), 2005
M.D
Dahlan, Beberapa pendekatan dalam
Penyuluhan (Konseling). Bandung : cv. Diponogoro,
1985
Rochman
Natawidjaja, Pendekata-pendekatan dalam
Penyuluhan Kelompok 1. Bandung : Jl.
Moh. Toha,1987
Sofyan
s. Willis, Konseling Keluarga. Bandung
: alfabeta, 2009
[2] Alisuf
Sabri,
Pengantar Psikologi Umum dan perkembangan.
(Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya. 1993). Hlm.28-29.
[3] James
F. Brennan, Sejarah dan Sistm Psikologi. (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.2003). hlm. 388-389.
[7] Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling
dan Psikoterapi.(Bandung: PT. Refika Aditama, 2005)
hlm. 200
[9]
Gerald
Corey, Teori dan Praktek Konseling
dan Psikoterapi. (Bandung : PT. Refika Aditama, 2005) hlm.208
[11] Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling
dan Psikoterapi.(Bandung: PT. Refika Aditama, 2005) Hlm. 222.
1 komentar:
nona
boleh saya pinjam buku :
James F. Brennan, Sejarah dan Sistm Psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003
Posting Komentar